Selamat Datang di Klikfatah.com ------- Selamat Datang di Klikfatah.com

Bahaya Menafsirkan Al Qur’an tanpa Ilmu




Mahmud bin Ghailan meriwayatkan kepada kami, Bisyr bin as-Sari meriwayatkan kepada kami, Sufyan mengabarkan kepada kami, dari Abdul a’laa, dari Said bin Jubair, dari Ibnu Abbas radhiyAllahu ‘anhuma, ia mengatakan bahwa Rosulullah [saw] bersabda (yg artinya): “Barang siapa berkata-kata tentang al-Qur’an (menafsirkan) tanpa ilmu, maka hendaklah ia menempati tempat duduknya dari neraka”(HR.Tirmidzi,no.2950) Imam Abu Isa berkata,”Hadits ini derajatnya hasan shahih”



Sufyan bin Waki’ mengabarkan kepada kami, Suwaid bin Amru al-Kalbi mengabarkan kepada kami, Abu Awanah mengabarkan kepada kami, dari Abdul a’laa, dari Said bin Jubari, dari Ibnu Abbas radhiyAllahu ‘anhuma, dari Rosulullah [saw]. beliau bersabda (yg artinya): “Takutlah kalian berbicara tentang sesuatu yang berasal dariku melainkan pada apa yang telah kalian ketahui. Siapa yang berdusta atas namaku dengan sengaja, maka hendaklah ia menyimpan tempat duduknya di dalam neraka, Dan barang siapa yang menafsirkan al-Qur’an dengan akal pikirannya, maka hendaklah ia menyiapkan tempat duduknya didalam neraka” (HR.Ahmad 1/233,269,293,323,327 An-Nasa’i No.109,110 Fadhailul Qur’ani) berkata Imam Tirmidzi “Hadits ini derajatnya hasan”

Saudaraku,
Sebagian ulama dikalangan shahabat Rosulullah [saw] dan selainnya, menerangkan bahwa mereka sangat keras dalam masalah menafsirkan al-Qur’an tanpa landasan ilmu. Ini membuktikan bahwa mereka tidak berkata-kata dalam al-Qur’an (menafsirkan) semata-mata dari diri mereka tanpa landasan ilmu. Padahal mereka hidup ditengah-tengah Rosulullah [saw]. Kalau saja shahabat yang paling tahu isi kandungan al-Qur’an ketika wahyu diturunkan, lalu kita yang hidup jauh setelah mereka apakah pantas berbicara mengenai al-Qur’an (menafsirkan) tanpa ilmu, lain halnya jika engkau mengatakan bahwa para ahlul tafsir mengatakan demikian..dan demikian….

Saudaraku,
Tidak sedikit kita temukan para da’i-da’i atau ustadz bahkan orang yang belum fasih membaca al-Qur’an disertai hukum bacaan (tajwid) berani menafsirkan isi kandungan al-Qur’an tersebut dengan akal mereka (hawa nafsu), belum lagi membahas apa-apa yang tidak pernah dibahas oleh para shahabat radhiyAllahu ‘anhuma sekalipun ??! Mereka membahas wujud Allah ta’ala, membahas hakikat Allah ta’ala, membahas siapa makhluk yang pertama diciptakan oleh Allah, membahas masalah-masalah yang terlarang ditanyakan, yang pada akhirnya apa yang mereka dapati ? kecuali kepuasan nafsu, dan seperti apa yang dikatakan oleh Rosulullah [saw] pada 2 (dua) hadits di atas.

Saudaraku,
Jika shahabat saja tidak pernah mempertanyakan hal-hal yang sering didiskusikan oleh kebanyakan orang? apakah pantas kita mendiskusikannya ? Jangan teladani Sabigh bin ‘Asal yang pernah dihajar oleh Amirul Mukminin ‘Umar bin al-Khattab radhiyAllahu ‘anhu.

No comments:

Post a Comment